BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang PKL
PKL (Praktik Kerja Lapangan) sifatnya wajib diikuti bagi siswa kelas tiga
sebagai salah satu syarat kelulusan sekolah. Dengan diadakannya PKL ini
diharapkan para siswa mendapat pengetahuan baru sebagai bekal dalam memasuki
dunia kerja. PKL merupakan sarana untuk belajar di lapangan dan sebagai sarana
penambah pengetahuan serta sebagai sarana dalam menerapkan ilmu yang didapatkan
dari sekolah.
Diharapkan dengan kembalinya para siswa dari PKL mereka memiliki kemampuan
yang lebih daripada sebelumnya dan mendapatkan pengetahuan yang baru. Selain
sebagai sarana untuk belajar, PKL tersebut juga merupakan sarana untuk melatih
siswa agar terbiasa bekerja mandiri dan melatih agar selalu disiplin dan tertib
dalam bekerja sesusai dengan peraturan instansi yang bersangkutan dengan sebaik
mungkin.
B.
Tujuan PKL
Praktik kerja lapangan sendiri mempunyai beberapa
tujuan, diantaranya sebagai berikut :
1.
Latihan Kerja
Dengan Praktik Kerja Lapangan siswa dilatih bekerja sesuai dengan jam kerja
yang berlaku di lapangan atau instansi. Siswa diharapkan dapat dapat berperan
sebagai pekerja yang bertanggung jawab pada bidangnya.
2.
Latihan Penyesuaian Lingkungan
Kerja
Selama Praktik Kerja Lapangan siswa akan bergaul dengan pimpinan maupun
karyawan, sehingga memiliki pengalaman dalam hal bekerja sama dengan rekan
kerja lainnya.
3.
Latihan Kedisiplinan Sebagai
Karyawan
Praktik Kerja Lapangan merupakan suatu sarana pengenalan dan latihan
mematuhi tata tertib atau peraturan yang berlaku di perusahaan atau instansi.
4. Sebagai studi pembanding antara ilmu yang telah diperoleh di
sekolah dengan penerapannya di
perusahaan atau instansi yang bersangkutan.
5.
Latihan Penyusunan Laporan
Setelah Praktik Kerja Lapangan selesai dilaksanakan siswa diwajibkan untuk
membuat laporan PKL yang harus disahkan oleh pihak sekolah dan pihak perusahaan
atau lembaga penelitian dimana dilaksanakannya PKL. Laporan itu harus
berpedoman dari data yang diperoleh selama PKL. Semua data yang diperoleh
selama PKL, diolah dan dituangkan dalam Laporan Kerja atau Kerja Ilmiah, dengan
tujuan:
a. Siswa memiliki ketrampilan
dalam hal menulis laporan
b. Melatih siswa
menuangkan bahasa laporan secara tertulis
c. Melatih siswa bertanggung
jawab terhadap yang dilakukan.
C.
Ruang Lingkup
Dalam Praktek Kerja Lapangan (PKL) penulis diberi
tugas sebagai seorang Q.C. Preparasi, yaitu:
1.
Menganalisa Tanin, oBrix, dan pH pada sample Teh Ekstrak
2.
Menganalisa Tanin, oBrix, Colour dan pH pada sample teh Ready
Tea
3.
Menganalisa pH dan TDS pada sample Air
4.
Menganalisa oBrix, Colour, pH dan TDS pada sample Syrup Gula
5.
Menganalisa oBrix, TA (Total Asam), Colour dan pH pada sample Frutamin
Sebelum siap untuk di packing.
D.
Metodologi
Ada
beberapa metode yang kami lakukan dalam pembuatan laporan ini. Sebagai bahan penyusunan laporan dapat diperoleh
dari:
- Laporan kegiatan harian yang oleh siswa selama Praktik Kerja Lapangan
yang telah disahkan pembimbing dari
perusahaan
- Membuat laporan sementara atau laporan kerja perorangan yang disahkan
oleh pimpinan perushaan
- Penyusunan laporan berpedoman
pada contoh yang sudah diberikan dari Sekolah
- Buku-buku pustaka yang berkaitan dengan masalah yang dibahas
- Observasi, metode ini dilakukan dengan cara mengamati langsung yang
berkaitan dengan objek
- Interview, metode ini dilakukan
dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertannyaan kepada responden yang faham mengenai objek yang dituju.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
A.
Profil
Nama Perusahaan
Jenis Perusahaan
Tahun Berdiri
Perintis
Pemilik
Alamat Perusahaan
Telepon
Fax
Produk Utama
|
: PT. Pepsi Cola Indobeverages
: Perseroan Terbatas
: 1975
: PT. Jafar Utama
: PT. Pepsi Cola International
: Jl. Jendral Sudirman No. 23
Babadan Ungaran
Barat Semarang Jawa
Tengah
: 024 - 6921670
: 024 - 6921350
:Tekita dan Fruitamin
|
PT. Pepsi Cola Indobeverages adalah
sebuah perusahaan yang bergerak dalam industri minuman ringan. Perusahaan ini
berpusat di New York, Amerika Serikat. Sebelum memproduksi minuman berkarbonasi,
perusahaan ini terlebih dahulu memproduksi air mineral dalam kemasan dan teh
dengan nama nama perusahaan PT. Jafar Utama. Karena suatu hal, produksi yang terus menerus menurun membuat membuat
perusahaan ini tidak dapat bertahan lama. Akhirnya tahun 1985 perusahaan
ini beralih pemilik menjadi PT. Mantrus. PT. Mantrus mengambil alih semua asset perusahaan
dan mendapat Lisensi dari Pepsi Cola Internasional.
Secara
perlahan ternyata perusahaan memperlihatkan grafik kemajuan. Hal
ini ditandai dengan
bertambahnya armada pengiriman produk dan pembangunan Warehouse dikota-kota besar di Indonesia. Dan didukung
tenaga kerja yang berkualitas dan handal melalui reser-reset percobaannya perushaan
dapat meluncurkan produk baru setiap tahunnya. Tidak lupa dengan menjaga
kualitas produk-produk lainnya. Kepercayaan konsumen sangatlah penting karena
dengan kepercayaan sangatlah mahal harganya dari pada mencari konsumen lain.
B.
Sejarah Singkat
PT. Pepsi Cola Indobeverages, Ungaran diawali dengan
berdirinya PT. Jafar Utama pada tahun 1975. PT. Jafar Utama memproduksi teh dan
air minum dalam kemasan dengan merk dagang “Jafar”. Banyak permasalahan yang
harus dihadapi sebelum akhirnya dilakukan pengambil alihan kepemilikan.
Kemampuan produksi yang dicapai hanya sekitar 3000-3500 krat setiap bulan
dengan waktu produksi kurang dari 4 jam sehari. Kondisi ini berada di bawah
kapasitas produksi maksimal perusahaan sehingga mesin-mesin produksi lebih banyak
menganggur. Selain itu, dengan armada penjualan empat buah menyebabkan
jangkauan pemasaran yang terbatas. Dengan kondisi tersebut PT. Jafar Utama
hanya mampu bertahan sampai dengan tahun 1985.
Akhir tahun 1985, PT. Mantrust mengambil alih kepemilikan perusahaan
setelah PT. Jafar Utama menjualnya. PT. Mantrust mengambil alih seluruh aset
dan memegang kendali penuh perusahaan pada tahun 1987. Lisensi dari Pepsi Cola
Internasional kemudian dipegang untuk memproduksi produk minuman ringan.
Pembenahan mulai dilakukan dengan cara menghentikan produksi air minum dalam
kemasan dan mengubah merk teh “Jafar” menjadi “Tekita”. Secara perlahan
perusahaan memperlihatkan grafik kemajuan. Hal ini ditandai dengan meningkatnya
kemampuan produksi dan penjualan, bertambahnya jumlah tenaga kerja serta armada
penjualan hingga mencapai 32 armada. Kesalahan dalam manajemen perusahaan
khususnya dalam pengaturan dana perusahaan untuk penambahan botol secara
berkala mengakibatkan semakin lama jumlah botol semakin berkurang dan akibatnya
kemampuan produksi semakin menurun. PT. Mantrust akhirnya menjual aset yang
dimilikinya dan mengembalikan lisensi produk minuman ringan kepada pihak Pepsi
Cola Internasional.
Pepsi Cola Internasional menemukan mitra usaha yang tepat
untuk menjalankan usahanya yaitu PT. Gapura Usaha Tama. Tahun 1993, PT. Gapura
Usaha Tama sebagai anak perusahaan dari Salim Grup mendapatkan penyerahan aset
dan lisensi untuk menjalankan usaha dalam memproduksi minuman ringan. Setelah
mendapat izin dari Badan Koordinasi Penanaman Modal Asing pada tanggal 12
Oktober 1993 dengan nomor 187/I/PMA dengan masa pengelolaan selama 75 tahun,
PT. Gapura Usaha Tama mulai menjalankan produksinya pada tanggal 20 Januari
1994.
Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 17/KP/XII/70 yang menetapkan
bahwa setiap perusahaan industri joint
venture tidak diperkenankan untuk langsung menjual hasil produksinya kepada
konsumen maka dalam pengelolaan usaha PT. Gapura Usaha Tama dibagi menjadi 2
nama yaitu PT. Buana Distrindo yang berperan sebagai distributor dan PT. Pepsi
Cola Indobeverages sebagai perusahaan produksi.
Kegagalan dari perusahaan terdahulu dijadikan bahan
referensi dan pelajaran bagi PT. Pepsi Cola Indobeverages untuk mencegah
terjadinya kegagalan kembali. PT. Pepsi Cola Indobeverages mulai mengantisipasi
dan mempelajari aspek penyebab kegagalan serta melakukan perubahan secara
menyeluruh. Perubahan tersebut meliputi restrukturisasi dan perbaikan terhadap
manajemen perusahaan, program dan perencanaan produksi, sistem produksi dan
penjualan.
Perubahan-perubahan yang dilakukan tersebut efektif dan
mampu meningkatkan kemampuan produksi hingga mencapai 50.000 – 60.000 krat
setiap bulan. Dan bertambahnya jumlah armada penjualan. Sampai saat ini terjadi
perkembangan yang cukup pesat yaitu selain dari kemampuan produksi yang
meningkat dan armada penjualan yang mulai bertambah hingga mencapai 80 buah
armada, PT. Pepsi Cola Indobeverages banyak menghasilkan variasi produk untuk
memenuhi tuntutan konsumen yang sangat beragam. Selain itu, PT. Pepsi Cola
Indobeverages juga memperluas wilayah dan jaringan distribusi untuk memasarkan
produk yang dihasilkan dengan mendirikan gudang-gudang distribusi atau warehouse di wilayah Yogyakarta,
Pekalongan, Kudus, Ungaran, Solo dan Surabaya.
C.
Lokasi Perusahaan
Penentuan
lokasi yang tepat merupakan salah satu faktor yang kritis dalam pendirian
sebuah industri atau perusahaan. Lokasi perusahaan merupakan sesuatu yang sangat
vital karena akan mempengaruhi efektifitas dan kelancaran produksi serta akan
menentukan kedudukan perusahaan dalam persaingan demi kelangsungan hidup
perusahaan.
Sebelum
dilakukan pendirian suatu perusahaan, penetapan lokasi dengan pertimbangan
beberapa faktor yang mempengaruhi akan sangat mendukung kelangsungan dan tujuan
utama dari perusahaan. Faktor- faktor tersebut antara lain :
1.
Ketersediaan bahan baku
Dalam
proses pembuatan minuman ringan, air mempunyai peranan sebagai bahan baku
paling utama. Salah satu pemilihan lokasi didasarkan atas ketersediaan air
dalam jumlah yang memadai untuk mendukung proses produksi dalam waktu yang
lama. Oleh karena itu, pendirian industri didasarkan pada daerah yang kandungan
airnya dinilai cukup banyak dan melimpah.
Bahan
baku lainnya diperoleh perusahaan dengan memanfaatkan koneksi sebagai penyuplai
bahan baku sehingga bahan-bahan tersebut dapat diperoleh dengan mudah dan
kontinyu.
2.
Letak dari pasar
Pada
dasarnya proses produksi dilaksanakan untuk menghasilkan suatu produk yang pada
akhirnya mudah didistribusikan ke pasar. PT. Pepsi Cola Indobeverages mendirikan
perusahaan yang akses ke pasarnya mudah untuk dijangkau, dengan demikian dapat
dilakukan penekanan terhadap biaya transportasi. Selain itu, perusahaan juga
mendirikan gudang-gudang distribusi di beberapa lokasi yang strategis untuk
menunjang pemasaran.
3.
Ketersediaan tenaga kerja
Pencapaian
tujuan perusahaan sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan kualitas tenaga kerja.
Ketersediaan tenaga kerja yang memadai akan memberikan efek secara langsung
untuk efisiensi kerja dan penekanan biaya produksi. Lokasi PT. Pepsi Cola
Indobeverages cukup strategis sehingga memungkinkan tersedianya tenaga kerja
dalam jumlah yang mencukupi serta mempunyai kapabilitas dan kualitas untuk
mendukung proses produksi.
4.
Kemudahan transportasi
Kelancaran
distribusi produk dan pemenuhan bahan dasar serta bahan penunjang lainnya
sangat tergantung pada kemudahan transportasi. PT. Pepsi Cola Indobeverages
terletak di Jl. Jenderal Sudirman No. 23 Ungaran, Kabupaten Semarang yang
mempunyai posisi sangat strategis dan menguntungkan karena merupakan poros
jalan raya antar provinsi yang menghubungan beberapa kota antara lain Semarang,
Yogyakarta, Solo dan kota-kota lain di Jawa Tengah. Letak lokasi ini sangat
menunjang kemudahan akses bahan baku yang dibutuhkan
dan kelancaran dari distribusi produk yang telah dihasilkan.
5.
Ketersediaan pembangkit tenaga
listrik
Dalam
menjalankan proses produksinya, PT. Pepsi Cola Indobeverages menggunakan
alat-alat produksi yang menggunakan aplikasi kemajuan teknologi. Untuk
menjalankan mesin-mesin, fasilitas penerangan serta fasilitas pendukung lainnya
diperlukan suplai tenaga listrik dalam jumlah yang memadai. Kekurangan suplai
tenaga listrik akan menyebabkan terganggunya kelancaran proses produksi. PT.
Pepsi Cola Indobeverages didirikan di lokasi yang dekat dengan sentral
pembangkit tenaga listrik “Piring Jabar Jaya” Ungaran sehingga suplai listrik
dapat memenuhi kebutuhan produksi secara keseluruhan.
D.
Struktur Organisasi dan
Personalia
1.
PT. Pepsi Cola Indobeverages
mempunyai struktur organisasi yang tergolong dalam struktur organisasi garis.
Organisasi garis yaitu suatu bentuk organisasi yang wewenang dan tanggung jawab
mengikuti jalur atau garis vertikal. Menurut Swastha dan Sukotjo (1988), dalam
struktur organisasi garis, kekuasaan mengalir secara langsung dari direktur ke
kepala bagian dan kemudian terus ke karyawan-karyawan dibawahnya. Masing-masing
bagian merupakan unit yang berdiri sendiri dan kepala bagian menjalankan semua
fungsi pengawasan dalam bagiannya.
2.
PT. Pepsi Cola Indobeverages
memiliki Management Comitee yang
berkedudukan di Jakarta. Management
Comitee membawahi lima orang manager yaitu region sales manager, plant
manager, personal and GA manager,
finance and administration manager
dan marketing service manager.
Masing-masing manager membawahi beberapa supervisor
atau koordinator warehouse.
Struktur organisasi PT. Pepsi
Cola Indobeverages dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini.

BAB III
PELAKSANAAN PKL
A. Analisa Tanin dengan
Reagen Fe2SO4
1.
Tujuan
a.
Menentukan tannin pada sample Ekstrak
Teh yang digunakan untuk mempermudah perhitungan tannin pembuatan Ready Tea dan
Tanin Ready Tea yang sudah siap di Packing.
2. Dasar teori
Tannin adalah zat pahit polifenol tanaman yang baik dan cepat mengikat atau mengecilkan protein. Zat dari tannin menyebabkan perasaan
kering pada mulut dan menyatakan tingkat kesepatan suatu bahan konsumsi yang
biasa terdapat pada anggur
merah, teh pekat, atau buah yang tidak tumbuh. Tannin memiliki berat molekul
dari 500 hingga 3,000. Tannin bertentangan dengan basa, gelatin, logam berat,
besi, air kapur, garam logam, zat oksidasi yang kuat dan sulfat seng.
Asam rumus molekulnya C76H52O46
yang mengandung beberapa gugus karboksil, dan merupakan turunan dari asam
galat. Berupa serbuk amorf berwarna kuning pucat, diperoleh dari pohon bakau
dan beberapa tumbuhan lain; larut dalam air dan pelarut orgaink; digunakan
untuk penyamakan kulit, sebagai pewarna, untuk pembuatan asam pirogalat, untuk
pereaksi alkaloida. Tannin akan mengurai pada suhu 210-215oC
QC Preparation ditugaskan untuk
menganalisa tanin pada sample ekstrak teh dan ready tea.
3. Bahan
a.
Tisue
b.
Aquadest
c.
Fe2SO4
d.
Buffer pH 7,5
4.
Alat
a.
Labu Ukur 50 ml
b.
Pipet 10 ml
c.
Pipet Tetes
d.
Spektrofotometer UV
e.
Kuvet
f.
Ball Pipet
5.
Prosedur kerja
a. Cek tannin untuk Extract tea.
1) Pengenceran 50 ml
a) Ambil sample 10 ml dengan pipet, masukkan ke dalam Labu Ukur 50
ml (Larutan I)
2) Pembuatan Larutan A
a) Mengambil 5 ml Larutan I denga pipet, masukkan ke dalam Labu
Ukur 50 ml
b) Tambahkan 10 ml FeSO4 kemudian tuang Buffer sampai tanda tera.
3) Pembuatan Larutan B
a) Mengambil 5 ml Larutan I dengan pipet, masukkan ke dalam Labu
Ukur 50 ml
b) Menambahkan 10 ml aquadest, kemudian tuang Buffer (pH 7,5)
sampai tanda tera.
4) Cek Tannin
a) Pastikan blanko dalam kuvet benar (kuvet berisi aquadest)
b) Atur gelombang (λ) sesuai analisa tannin ekstrak (λ= 540), lalu
tekan “ZERO”.
c) Masukkan Larutan A dan Larutan B secara bergantian ke dalam
kuvet
d) Amati hasil yang tertera, kemudian hitung berapa tannin yang
didapat.
b. Cek tannin untuk Ready tea, Tekita Original, Tekita
Greentea, Tekita Apple.
1) Pembuatan larutan A
a) Mengambil 5 ml Sample Ready
Tea dengan pipet 10 ml, masukkan ke dalam Labu Ukur 50 ml
b) Tambahkan 10 ml FeSO4 kemudian tuang Buffer sampai tanda tera.
2) Pembuatan larutan B
a) Mengambil 5 ml Larutan I dengan pipet, masukkan ke dalam Labu
Ukur 50 ml
b) Menambahkan 10 ml aquadest, kemudian tuang Buffer (pH 7,5)
sampai tanda tera.
3) Cek tannin
a) Pastikan blanko dalam kuvet benar (kuvet berisi aquadest)
b) Atur gelombang (λ) sesuai analisa tannin ekstrak (λ= 540), lalu
tekan “ZERO”.
c) Masukkan Larutan A dan Larutan B secara bergantian ke dalam
kuvet
d) Amati hasil yang tertera, kemudian hitung berapa tannin yang
didapat.
6.
Perhitungan
a.
Untuk menghitung kadar tannin dalam sample Extract tea dapat digunakan persamaan :
[ ( B – A ) x 2,27 ] - 0,042 x 40 x Fp (5)
b.
Untuk menghitung kadar tannin dalam sample Ready
tea, Tekita Original,Tekita Green tea, dan Tekita Apple dapat digunakan persamaan : [ ( B
– A ) x 2,27 ] - 0,042 x 40.
7.
Pembahasan
Dalam analisa ini diperlukan ketelitian
pada saat melakukan pengenceran. Karena pada perhitungan tanin masih dikalikan
faktor pengenceran, yang menyebabkan selisih hasilnya besar.
B. Analisa TDS
1.
Tujuan
Menentukan padatan yang terlarut pada sample
2.
Dasar teori
Alat ini digunakan untuk mengukur TDS ( Total
Dissolved Solid / zat padat terlarut ) dalam air. TDS meter menggambarkan
jumlah zat terlarut dalam Part Per Million (PPM) atau sama dengan
milligram per Liter (mg/L). Umumnya berdasarkan definisi diatas seharusnya zat
yang terlarut dalam air (larutan) harus dapat melewati saringan yang
berdiameter 2 micrometer (2×10-6 meter).
Aplikasi yang umum digunakan adalah untuk mengukur
kualitas cairan biasanya untuk pengairan, pemeliharaan aquarium, kolam renang,
proses kimia, pembuatan air mineral, dll. Setidaknya, kita dapat mengetahui air
minum mana yang baik dikonsumsi tubuh, ataupun air murni untuk keperluan kimia
(misalnya pembuatan kosmetika, obat-obatan, makanan, dll)
QC Preparation ditugaskan untuk
mengukur TDS pada sample Syrup dan Air yang akan digunakan untuk pembuatan
Ekstrak Teh.
3.
Bahan
Bahan yang digunakan:
a.
Sample
b.
Tisue
c.
Aquadest
4.
Alat
Alat yang digunakan:
a.
Condukto Heter Gardylab
LF.
b.
Gelas Sample
c.
Beaker Glass
5.
Cara kerja
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Tuangkan 100ml Sample ke dalam Beaker Glass 100ml
c. Hidupkan alat, masukkan stick sensor pada larutan yang akan
dianalisa
d. Setelah stabil, baca angka yang tertera pada layar monitor sebagai
data
e. Bilas stick sensor dengan aquadest dan keringkan dengan tissue
f. Kemudian rendam stick sensor ke dalam larutan KCl.
6.
Pembahasan
Pada
analisa ini yang terpenting adalah kestabilan angka yang akan diambil. Dikarenakan
angka yang muncul akan berubah naik ataupun turun. Oleh karena itu analisa ini
butuh kesabaran dan ketelitian.
C. Analisa pH
1.
Tujuan
Analisa ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat keasaman dari produk alat yang digunakan adalah pH
Meter.
2.
Dasar teori
PH adalah ukuran keasaman atau kebasaan suatu larutan
atau bahan: didefinisikan sebahai pH = -
log [H+] dimana tanda [ ]
menyatakan konsentrasi larutan/bahan
dalam mol/L. Dalam pelarut air pada suhu 25oC berlaku hubungan: pH +
pOH = 14. pH < 7 (bersifat asam); pH = 7 (bersifat netral); dan pH >
(bersifat basa).
Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat
diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah
skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang
pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional.
QC Preparation ditugaskan untuk
mengukur pH pada sample Frutamin, Ekstrak Teh, Ready Tea, Syrup dan Air yang
akan digunakan untuk pembuatan Ekstrak Teh.
3.
Bahan
a.
Sample
b.
Tisue
c.
Aquadest
4.
Alat
a.
pH meter
b.
Beaker Glass
c.
Lau Ukur 100ml
d.
Stirer
5.
Cara kerja
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Ambil 100 ml sample dengan labu ukur 100 ml
c. Tuang larutan tersebut ke dalam beaker glass
d. Kemudian larutan tersebut distirer selama ± 1 menit
e. Masukkan pH meter ke dalam beaker glass
f. Catat pH yang tertera sebagai data
6.
Pembahasan
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pH pada larutan tersebut, terutama penambahan
Citrid Acid pada proses produksinya. Dan juga suhu sample yang akan dianalisa.
Suhu sample haruslah sesuai suhu kamar, yaitu ±20o C.
Jika
pH yang dianalisa kurang dari standar maka produk yang diambil samplenya
tersebut di beri tambahan Natrium Bi Karbonat (NaHCO3), dan
sebaliknya jika pH sample lebih dari standar maka produk yang diambil samplenya
tersebut diberi tambahan Citrit Acid
D. Analisa TA
1.
Tujuan
Mengetahui
jumlah kandungan asam dalam 100 ml sample
2.
Dasar teori
Total Asam
(juga losely disebut sebagai keasaman titratable) adalah ukuran dari total asam
hadir dalam suatu zat. TA berkaitan dengan pH namun konsep yang tidak identik.
Keasaman dirasakan dalam derajat kegetiran. Asam tartrat adalah asam utama, tetapi yang lain
seperti asam malat dan sitrat dapat ditemukan juga untuk TA.
QC
Preparation ditugaskan untuk menganalisa TA pada sample Frutamin All Flavour dan Tekita
Aple
3.
Alat
a.
Labu Ukur 100 ml
b.
Beaker Glass
c.
Stirer
d.
pH meter
4.
Bahan
a.
Sample
b.
Tisue
c.
Aquadest
d.
NaoH 0,1 N
5.
Cara kerja
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Ambil 100 ml sample dengan labu ukur 100 ml
c. Tuang larutan tersebut ke dalam beaker glass
d. Stirer dijalankan, kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampa pH
mecapai 8.,75
e. Catat volume NaOH yang dibutuhkan untuk titrasi.
6.
Perhitungan
Untuk menghitung kadar TA dalam sample dapat digunakan persamaan : TA ( Total Asam ) = Vtitrasi
NaOH x Faktor Koreksi.
7.
Pembahasan
Analisa ini menggunakan metode Asidi Alkalimetri.
Asam-asam yang terkandung pada sample akan bereaksi dengan NaOH 0,1 N kemudian
akan netral. NaOH digunakan untuk menaikkan pH sample menjadi 8,75 dalam 100 ml
sample. Jika pada volume 50 ml maka harus dikalikan 2 x.
E. Analisa oBrix
1.
Tujuan
Menentukan oBrix pada sample
2.
Dasar teori
oBrix
adalah derajat kemanisan pada suatu larutan. Pengukuran oBrix
dilakukan untuk mengetahui tingkat kemanisan dalam produk, serta memudahkan
untuk mengaturnya. Analisa ini digunakan untuk mengecek Frutamin, Tekita, dan
Syrup.
oBrix
ini yang diukur adalah kandungan sukrosa pada sample yang dihasilkan dari
larutan Syrup.
3.
Bahan
a.
Sample
b.
Aquadest
c.
Tisue
4.
Alat
a.
Refragtometer
b.
Gelas Ukur 250ml
c.
Pendingin (Es Batu)
d.
Sendok Pengaduk
e.
Hydrometer
5.
Cara kerja
a.
Analisa °Brix pada larutan sample Ready tea, Tekita, Fruitamin, Extract tea:
1) Sapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Membersihkan Refragtometer dan sendok yang akan diguanakan
mengambil sample dengan tissue
3) Teteskan 1-2 tetes pada tempat sample Refragtometer, kemudian
tutup
4) Tekan tombol “READ” sampai stabil untuk pembacaan oBrix
5) Catat hasil sebagai data
6) Bersihkan alat-alat yang sudah digunakan
b.
Analisa °Brix larutan syrup gula.
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Tuang sample Syrup yang sudah didinginkan ke dalam gelas ukur
250ml sampai ±3/4 bagian
3) Masukkan Hydrometer ke dalam gelas ukur, bila larutan belum
penuh, maka tambahkan lagi sampai gelas ukur over flow
4) Biarkan beberapa saat hingga Hydrometer Stabil
5) Lihat angka pada permukaan atas larutan dan suhu pada
Hydrometer. Hasil tersebut ditambahkan sbagai hasil oBrix Syrup tersebut
6) Bersihkan alat yang telah dugunakan.
6.
Pembahasan
Dalam Analisa ini, oBrix
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu suhu. Oleh karena itu, Sample
Frutamin maupun Tekita bila akan dianalisa didinginkan dahulu.
Begitupula
pada analisa oBrix pada sample syrup. Sample syrup haruslah
didinginkan sebelum analisa dilakukan. Karena sebelumnya Syrup yang diambil
bersuhu 60-70 oC. Syrup yang sudah diambil didinginkan dengan cara menyandingkan
sample dengan es Batu. Sampai sample syrup yang berada pada gelas sudah mulai
dingin. Kemudian dilakukan analisa dengan hydrometer. Dan pada perhitungan ini
masih ditambahkan suhu pada syrup, yaitu 20oC +, 20oC adalah suhu ruangan. Jadi suhu berpengaruh
pada perhitungan oBrix.
F.
Analisa Colour
1. Tujuan
Menentukan Colour pada sample
2. Dasar teori
Analisa
Colour dapat dilakukan menggunakan alat Spektrofotometer UV-VIS. Spektrofotometer
UV-VIS merupakan alat dengan teknik spektrofotometer pada daerah ultra-violet
dan sinar tampak. Alat ini digunakan guna mengukur serapan sinar ultra violet
atau sinar tampak oleh suatu materi dalam bentuk larutan. Konsentrasi larutan
yang dianalisis sebanding dengan jumlah sinar yang diserap oleh zat yang
terdapat dalam larutan tersebut. Dalam hal ini, hukum Lamber-Beer dapat
menyatakan hubungan antara serapan cahaya dengan konsentrasi zat dalam larutan.
Di bawah ini adalah persamaan Lamber-Beer ; A= - log T =eb c Dengan A =
absorban, T = transmitan, e = absortivitas molar (Lcm-1.mol-1), b = panjang sel
(cm), dan c = konsentrasi zat (mol/L). Spektrum absorpsi yang diperoleh dari
hasil analisis dapat memberikan informasi panjang gelombang dengan absorban
maksimum dari senyawa atau unsur.
Panjang gelombang dan absorban yang
dihasilkan selama proses analisis digunakan untuk membuat kurva standar.
Konsentrasi suatu senyawa atau unsur dapat dihitung dari kurva standar yang
diukur pada panjang gelombang dengan absorban maksimum. Dari kurva standar
kalibrasi, diperoleh persamaan garis Y= ax + b Dimana Y merupakan serapan dan x
adalah konsentrasi unsur atau senyawa. Dengan persamaan garis tersebut dapat
ditentukan konsentrasi sampel. Pada spektrofotometer UV-VIS, warna yang
diserapoleh suatu senyawa atau unsur adalah warna komplementer dari warna yang
teramati.
3. Bahan
a. Sample
b. Aquadest (Blanko)
c. Tisue
4. Alat
a. Kuvet
b. Spektrofotometer UV
5. Cara kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
b. Atur gelombang sesuai sample yang akan dianalisa
c. Pastikan blanko yang ada didalam kuvet benar (kuvet berisi
aquadest), lalu tekan “ZERO”
d. Memasukan sample kedalam kuvet sampai tanda garis, kemudian
masukkan ke dalam Spektrofotometer UV
e. Amati hasil yang tertera pada layar Spektrofotometer UV.
6. Pembahasan
Pada analisa Colour yang harus
diperhatikan adalah panjang gelombang yang akan dipakai untuk analisa. Karena disetiap
warna mempunyai nilai absorbansi maksimal yang berbeda-beda. Serta dalam
pembacaan data, dilihat dari angka yang paling stabil.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil Parktik Kerja Lapangan Selama kurang lebih 2 bulan
di PT. Pepsi Cola Indobeverages Ungaran tersebut, kami dapat menyimpulkan bahwa:
a.
PT. Pepsi Cola Indobeverages adalah
salah satu pabrik yang banyak menggunakan bahan baku air dalam pembuatan
produknya.
b.
Limbah yang dihasilkan dari Pabrik
ini diolah terlebih dahulu sebelum masuk ke area irigasi warga agar tidak
mencemari lingkungan sekitar.
2.
Disetiap pengukuran colour,
panjang gelombang yang dipakai berbeda-beda dikarenakan setiap warna mempunyai
nilai absorbansi maksimal yang berbeda-beda
B.
Saran
Berdasarkan hasil Praktik Kerja Lapangan di PT. Pepsi Cola
Indobeverages Ungaran, dapat diperoleh saran sebagai berikut:
1.
Masalah internal yang ada
pada antar karyawan segeralah diselesaikan
2.
Disediakan tempat ibadah
yang layak pada bagian Laborat dan Line.
3.
Seluruh pekerja diharapkan
semaksimal mungkin menerapkan SOP dalam bekerja di lapangan.
4. Karena Pabrik ini menghasilkan produknya dengan bahan dasar berupa air, perlu
diperhatikan juga bawasannya air tidak datang secara gratis dan pergi tanpa
meninggalkan akibat yang nyata. Perlu penghematan air karena akan menimbulkan
penyusutan debit air dan pada pengolahan limbah tidak terlalu banyak limbah
yang diolah.
5.
Kerjasama antar karyawan
harus ditingkatkan karena dapat mencapai tujuan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Mustakim. 2009. Pengendalian Mutu Dalam Pengolahan
Minuman Ringan di PT.Pepsi Cola Indobeverages, Bawen : SMKN 1 Bawen
Adi Nugroho, Wisnu. 2010. Perkembangan Produk
Minuman di PT. Pepsi Cola Indobeverages, Semarang
: Universitas Semarang
Suryani,
Ana. 2006.Laporan Praktik Kerja Lapangan.SMTI
Yogyakarta.
PENGENDALIAN MUTU
DALAM PENGOLAHAN MINUMAN RINGAN
DI
PT. PEPSI COLA INDOBEVERAGES
BABADAN – UNGARAN
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Disusun
sebagai
Salah
satu syarat megikuti Ujian Akhir
Tahun
Pelajaran 2010/2011
OLEH:
IHSAN HERMAWAN
NIS: 087212
KEMENTRIAN PERINDUSTRIAN R.I.
SEKOLAH MENENGAH TEKNOLOGI INDUSTRI
YOGYAKARTA
2010
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini telah
diterima dan disahkan oleh :
SEKOLAH MENENGAH
TEKNOLOGI INDUSTRI YOGYAKARTA
Pada tanggal
: Januari 2011
Mengetahui
Kepala SMTI
Yogyakarta
Dra. Tri
Ernawati, M.Si
NIP. 19580421
199103 2 001
|
|
Pembimbing
R. Dwi
Hendro Murti, S.E.
NIP. 19750709 200502 2 001
|
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini telah
diterima dan disahkan oleh :
SEKOLAH TINGGI
TEKNIK LINGKUNGAN YOGYAKARTA
Pada tanggal
: Januari 2011
`
Mengetahui
Pimpinan,
Singgih
Gunarso
General Manager
|
|
Menyetujui :
Pembimbing
Widodo Slamet
Spv. Quality Control
|
INTISARI
Sebagai Pabrik yang menerapkan mutu Internasional, mutu dan kualitas
produk yang diutamakan serta kehalalan produk haruslah terjamin. Sebagai
seorang Q.C. preparasi, kami
ditugaskan untuk menganalisa produk yang telah dibuat oleh operator sebelum
siap untuk di packing. Apakah produk
yang telah dibuat tersebut. Produk tersebut telah masuk standar produk yang
telah ditentukan atau belum. Misalkan belum masuk dalam standar. Produk
tersebut belum boleh di packing dan masih dalam proses pengolahan lagi sampai
produk yang dihasilkan memenuhi standar yang diinginkan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan dan
laporan hasil Praktik Kerja Lapangan dengan baik, lancar, dan tepat waktu.
Dalam penyusunan
laporan ini peran dan bantuan seluruh pihak mempunyai andil yang besar sehingga
dapat terselesainya laporan ini, oleh sebab itu kami mengucapkan terima kasih
kepada:
2. Ir. Budi Sriwahyuni selaku Plant Manager di PT. PEPSI COLA
INDOBEVERAGES.
3. Dra. Tri Ernawati, M.Si selaku kepala SMTI Yogyakarta.
4. Singgih Gunarso, SH. M. selaku Personalia PT. PEPSI COLA
INDOBEVERAGES.
5. Widodo Slamet selaku Spv. Quality Control.
6. Dwi Hendro Murti selaku pembimbing PKL di SMTI Yogyakarta, yang
telah memberikan petunjuk dalam penyusunan laporan ini.
7. Semua pihak yang telah membantu tersusunnya laporan ini.
Laporan
Praktik Kerja Industri ini, masih bersifat fleksibel. Oleh karena itu, sangat diharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaannya.
Demikian hatur
kata penyusun, semoga laporan Praktik Kerja Lapangan ini sesuai dengan tujuan
yang diharapkan, serta bermanfaat untuk penyusun pada khususnya dan pembaca
pada umumnya.
Yogyakarta, Januari 2011
Penyusun
|
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL ……………………………………………………..
SURAT PENGANTAR PKL ……………………………………………
HALAMAN PENGESAHAN SEKOLAH………………………………
HALAMAN PENGESAHAN INSTANSI ………………………………
KATA PENGANTAR …………………………………………………...
DAFTAR ISI …………………………………………………………….
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………
INTISARI ……………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….
A. Latar Belakang …………………………………………………
B. Tujuan PKL
……………………………………………………..
C. Ruang Lingkup
………………………………………………….
D. Metodologi
………………………………………………………
BAB II TINJANUAN UMUM PERUSAHAAN ……………………….
A. Profil
……………………………………………………………..
B. Sejarah Singkat ………………………………………………….
C. Lokasi Perusahaan
……………………………………………….
D. Struktur Organisasi
dan Personil ………………………………...
BAB III PELAKSANAAN PKL ………………………………………...
A. Analisa Tanin
dengan Reagen Fe2SO4 …………………………
B. Analisa TDS …………………………………………………….
C. Analisa pH
……………………………………………………….
D. Analisa TA
……………………………………………………….
E. Analisa oBrix
……………………………………………………
F.
Analisa Colour …………………………………………………...
BAB IV PENUTUP ……………………………………………………...
A. Kesimpulan ……………………………………………………...
B. Saran-saran
………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………
LAMPIRAN-LAMPIRAN ………………………………………………
|
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
1
1
1
2
2
4
4
5
7
9
11
11
14
|
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A1. Daftar kegiatan harian
Lampiran A2. Daftar kegiatan harian
Lampiran B1. Lembar kerja analisa HCl
Lampiran B2. Lembar kerja analisa aspartame
Lampiran B3. Lembar kerja analisa mikrobiologi metode
platting
Lampiran B4. Lembar kerja pembuatan media PCA (Plate Count
Agar)
Lampiran B5. Lembar kerja pembuatan media PDA (Potato
Dextrose Agar)
Lampiran B6. Lembar kerja pembuatan larutan standar NaOH
0,1N
Lampiran B7. Lembar kerja pembuatan larutan buffer pH7,50 untuk
cek tannin
Lampiran C1.
Data hasil pembuatan media PCA, PDA, dan pembuatan larutan buffer pH 7,50 untuk
cek tannin
Lampiran C2. Data hasil analisa mikrobiologi metode platting
Lampiran C3. Data hasil analisa aspartame
Lampiran C4. Data hasil pembuatan larutan NaOH 0,1 N
Lampiran C5. Data hasil analisa kadar HCl
Tidak ada komentar:
Posting Komentar